Pages

Call Of Duty 7 Black Ops


Review

Ada banyak ketidakpastian yang menyelubungi titel terbaru dari Call of Duty saat dirilis. Sial bagi Treyarch karena kedua game yang mereka ciptakan Call of Duty 3 dan Call of Duty: World At War dianggap sebagai game yang bagus tetapi tidak bisa menyamai kualitas game-game Call of Duty keluaran Infinity Ward. Masalah muncul ketika awal tahun ini publisher Activision berseteru dengan Infinity Ward. Buntut dari kekisruhan ini adalah keluarnya Infinity Ward dari Activision dan melompat ke EA. Ini semua membuat para gamer meletakkan harapan pada Treyarch yang tengah dalam tahap penyelesaian game Call of Duty: Black Ops. Para gamer (termasuk saya) menanti-nanti dengan cemas mengenai bisa tidaknya Treyarch melebihi – atau setidaknya menyamai – kualitas dari entri Call of Duty karya Infinity Ward. Kamu mengawali game sebagai Alex Mason yang telah tertangkap oleh pihak misterius. Kamu disesah, disiksa, dan dipaksa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kamu tidak tahu jawabannya. Dari sini kamu mulai menjalankan misi-misimu secara flashback, dan perlahan membongkar misteri demi misteri mengenai siapa sebenarnya dirimu, siapa yang menangkapmu, apa maksud penahananmu, dan bagaimana memorimu bisa menyelamatkan dunia dari pecahnya perang dunia ketiga.

Cara penyampaian cerita melalui flashback bukan metode orisinil dalam sebuah game, tetapi toh ini merupakan cara yang cukup efektif (dan cukup berbeda) dibandingkan dengan entry pada serial Call of Duty sebelumnya. Treyarch mengambil pendekatan cerita yang berbeda dengan dua seri Modern Warfare yang ditangani oleh Infinity Ward. Dalam dua game tersebut kisah dalam game lebih seperti film aksi berbudget raksasa dengan mementingkan style di atas substance. Black Ops – sesuai dengan namanya – lebih berat di sisi intrik politik dan memiliki beberapa twist-twist yang cukup cerdas dalam pergerakan plot campaign-nya. Kalau kalian merasa jalan cerita game ini lebih berbobot itu karena Activision maupun Treyarch tidak mau setengah-setengah. Buat gamer yang tidak tahu, Goyer adalah sosok yang menulis cerita film-film blockbuster macam The Dark Knight dan serial TV FlashForward.

Mengingat ini adalah Call of Duty pertama yang bersetting di masa Perang Dingin maka jelas bahwa ada banyak sekali lokasi baru yang bakalan dijelajahi oleh gamer. Oleh karena itu game ini tidak pernah terasa membosankan dengan menawarkan lokasi yang berbeda-beda. Di satu level kita berpetualang di tengah rawa-rawa menghabisi para Vietcong dan di level lain kita berlompatan dari genteng-genteng di rumah-rumah Kowloon menghindari serangan musuh.

Bang! Bang! Di luar areanya sebenarnya Black Ops tidak menawarkan sesuatu yang baru. Kalian-kalian yang sudah familiar dengan tipe game FPS macam ini bakalan langsung memegang memainkannya tanpa kesulitan. Tembak semua musuh yang bergerak, pindah menuju ke area baru, siap-siap mengikuti jalan cerita, dan tembak lagi semua musuh yang ada di layar. Tentu saja Black Ops juga memberi tambahan-tambahan baru (tapi kecil) yang mungkin bakalan disukai para gamer; salah satu yang paling berkesan buatku adalah mengendalikan helikopter. Kalau biasa di game sebelumnya saya yang di tanah dan dibantu helikopter kini saya yang di atas membantu rekan-rekan saya di bawah!

Kalau mau disebut kekurangan dari Black Ops ada pada set piece actionnya yang biasa saja. Game ini juga tidak memiliki faktor pengejut sebagaimana dua game Modern Warfare. Para gamer ingat tidak kejatuhan nuklir di Modern Warfare? Pembantaian Airport Modern Warfare 2? Naik motor salju di stage 2 Modern Warfare 2? Adegan-adegan keren seperti itu bagi saya tidak termaksimalkan di game ini. Play Time utama game ini sendiri tentunya terletak pada opsi Multiplayernya, walaupun mode Zombie bisa coba kamu mainkan sebagai epilog tambahan game ini (mode ini hanya untuk fun, coba perhatikan kata-kata John F. Kennedy yang kocak dan pidatonya dipelintir-pelintir!).

Kualitas audio visual dalam game Black Ops membuat saya terperangah ketika memainkannya. Psstt… buat kalian yang main di komputer: game ini cukup berat untuk dimainkan kalau graphic card kalian pas-pasan. Buktikan sendiri keindahan game ini ketika kamu tengah mengudara dan melihat hutan sungai Vietnam yang terbentang. Atau ketika kamu tengah mengendap-endap di dalam semak-semak saat di Kuba.

Untuk musiknya, Black Ops ditangani sepenuhnya oleh Sean Murray yang juga bertanggung jawab atas musik Call of Duty: World At War. Kalau boleh jujur saya masih lebih suka musik garapan Hans Zimmer dan Lorna Balfey di Modern Warfare 2; terutama saat scene pengakhiran yang terasa megah dan heroik. Musik Murray sendiri tidak jelek tetapi entah kenapa suka tidak sinkron dengan situasi di gamenya, salah satu kesalahan terfatalnya adalah musik saat even akhir game yang benar-benar kurang greget.

Untungnya segi audio game ini masih terselamatkan para pengisi suara di dalamnya. Mereka adalah aktor-aktor unggulan yang mampu menghidupkan karakter mereka dengan baik. Acungan jempol terutama untuk Gary Oldman yang mampu menghidupkan ulang karakter Reznov yang juga ia perankan di World At War.

Selama Treyarch bisa mengeluarkan game bermutu seperti ini, ia takkan dianggap developer kelas dua di belakang Infinity Ward lagi!

Sumber : http://tukangreview.com/2010/11/30/call-of-duty-black-ops/

Requirements

MINIMUM System Requirements:

OS : Windows XP, Vista, 7

CPU : Dualcore Intel 3 GHZ or AMD 6500+

RAM : 1GB

HDD : 12GB of free space

VIDEO : Shader 3.0 or better; 256MB NVIDIA GeForce 8600GT DirectX 9.0c or better


Ati x1900 or better

SOUND : DirectX 9.0c-compatible

DirectX : 9.0c

Recommended system requirements:

CPU : Intel Processor - Quadcore Intel 2.6 ghz


AMD Processor - Phenom II 955

VIDEO : Nvidia Graphics Card - DirectX GeForce GTX 260


ATI Graphics Card - ATI Radeon HD 5800 with 512 MB VRAM – DirectX 10

RAM : 2 GB

HDD : 12 GB

Direct X : 9 .0c


Download Torrent




No comments:

Post a Comment

Social Bookmark